STAIMA - Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Jepang memeriahkan Hari Lahir Ke-3 mereka dengan menggelar acara yang inspiratif dan informatif. Dalam semangat kebersamaan, acara tersebut mengusung tema "Menjaga Keseimbangan Duniawi dan Ukhrawi Ketika Bekerja di Negeri Minoritas Muslim Jepang".(31/1).
Sebagai informasi, PCI Fatayat NU Jepang diresmikan pada Ahad 9 Agustus 2020. Adapun ketua terpilih untuk memimpin Fatayat NU Jepang pada saat itu adalah Dede Iis. Peresmian sekaligus pengukuhan pengurus badan otonom jam'iyah NU itu disahkan langsung oleh Ketua Tanfidziyah PCINU Jepang Miftakhul Huda secara daring. Kini, Nafilatul Laily terpilih menjadi Ketua PCI Fatayat NU Jepang masa khidmah 2023-2025.
Agenda Harlah Ke-3 Fatayat NU Jepang ini diadakan secara hibrid, menggabungkan acara luring yang dilangsungkan di Kota Kanagawa dengan webinar daring melalui platform. Acara dimulai dengan upacara pemotongan tumpeng, melambangkan keberkahan dan keberlanjutan organisasi.
Ketua PCI Fatayat NU Jepang Nafilatul Laily, menekankan pentingnya niat ikhlas dalam berdakwah di Jepang. Ia juga menyampaikan harapannya agar Allah membalas perjuangan kader Fatayat NU dalam menyebar dakwah dengan imbalan di dunia dan akhirat.
"Hingga saat ini Fatayat NU Jepang telah memasuki tahun ketiga, semoga Allah akan gantikan perjuangan menebar dakwah dengan keuntungan di dunia dan akhirat," terang dia dalam keterangannya kepada NU Online Jumat (2/2/2024).
Webinar yang dihadirkan sebagai bagian dari agenda menarik ini menghadirkan Psikolog dan akademisi dari STAI Al-Hikam Malang, Jawa Timur, yaitu Laily Abida, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber utama. Dalam sesi webinar yang interaktif, Abida membahas tips dan strategi untuk menjaga spiritualitas saat bekerja di lingkungan minoritas Muslim Jepang.
Dalam sesi webinar, Laily membahas sejumlah tantangan bekerja di luar negeri. Ia juga membahas konsep muraqabah atau kesadaran akan pengawasan Allah yang sejalan dengan konsep mindfulness, yang sering disoroti dalam buku pengembangan diri kontemporer.
“Tantangan tersebut meliputi tantangan budaya, bahasa, pemenuhan keterampilan, jam kerja yang tinggi, dan pelaksanaan ibadah,” ujar putri kelima almagfurlah KH. Ahmad Hasyim Muzadi dan Hj. Mutammimah Hasyim
“Solusi yang tepat saat ini dilakukan adalah bergabung bersama organisasi keislaman khususnya fatayat NU agar terus dapat mengembangkan ilmu, keterampilan dan tetap termotivasi untuk terus mengkaji ilmu agama mengingat WNI merupakan warga negara indonesia yang berusia produktif,” sambungnya
Peserta yang hadir baik secara fisik maupun virtual berkesempatan untuk mendapatkan wawasan berharga tentang bagaimana mempertahankan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi, terutama dalam konteks kerja di negeri minoritas.
PCI Fatayat NU Jepang menyatakan bahwa kehadiran mereka di negeri minoritas Muslim seperti Jepang bukan hanya untuk kegiatan keagamaan, tetapi juga untuk berperan aktif dalam memberikan pemahaman yang mendalam tentang Islam kepada masyarakat sekitar.
STAI Al-Hikam Malang turut mengucapkan selamat atas terselenggaranya Harlah PCI Fatayat Jepang ke-3. dalam kesempatan kali ini mengusung tema "keseimbangan duniawi dan ukhrawi ketika bekerja di negri minoritas muslim". dengan semakin meningkatnya pekerja indonesia di jepang, khususnya bagi muslim memunculkan tantangan tersendiri salah satunya adalah proses adaptasi bagaimana WNI mampu menyelaraskan prinsip hidup dalam hal dunia dan akhiratnya.
Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap kehidupan spiritual di tengah tantangan lingkungan kerja yang berbeda, Fatayat NU Jepang berhasil menyelenggarakan acara yang memberikan inspirasi dan pengetahuan baru kepada para peserta. Harlah Ke-3 ini menjadi momen penting yang mengukuhkan peran dan kontribusi Fatayat NU Jepang dalam mempererat ikatan antar komunitas di negeri yang berbeda latar belakangnya.