Kenapa sekarang banyak orang punya ilmu tetapi dia tidak bisa berkembang. Waktu sekolah dia bangga pakai jaket almamater tetapi begitu lulus dia bingung akan kerja apa. Jadi dia merasa hebat pada waktu jadi mahasiswa dan merasa susah ketika selesai karena dia termasuk calon pengangguran. Pertanyaannya adalah kenapa anak-anak itu menganggur. Sebab yang pertama ilmunya tidak amaliah. Ilmunya ini tidak diamalkan sebagaimana bunyi pada ilmunya dan hanya berhenti pada ilmiah. Jadi itu ilmu yang ilmiah bukan ilmu yang amaliah. Yang seperti itu adalah ilmu yang untuk ilmu bukan ilmu yang untuk kebaikan orang lain. Kalau saja orang yang punya ilmu mau menularkan ilmunya kepada orang lain maka dia diharamkan oleh Allah SWT untuk hidup miskin dan kekurangan. Bisa mengaji ya mengajar mengaji. Dari mengajar mengaji bisa mendapat pahala dan juga mendapat berkat, entah itu onde-onde atau lainnya tetapi Allah SWT akan memberi apa yang telah dia lakukan.
Saya melihat bedanya sekolahan dengan pondok pesantren. Rata-rata di pesantren banyak makanan. Ada orang yang ngasih jajan dan kadang-kadang dikasih kelapa tapi kadang-kadang juga tidak. Artinya kenapa orang lain mau membantu sedangkan disekolahan kalau akan mengadakan acara 17 agustus iuran kotak dan diskusi dulu setengah hari. Kenapa itu berbeda, Karena Pondok pesantren itu rata-rata mau ngurusin tetangga. Yang disekolahan, anak-anak masuk sekolah lalu selesai pulang. Dari sini kalau kita bisa melihat dengan jeli maka kita bisa membedakan ilmu amaliah dan ilmu ilmiah.
Sekarang ini anak-anak kita pencari ilmu semua. Kadang-kadang tidak mencari ilmu tetapi mencari ijazah. Sehingga ada orang ijazahnya banyak tapi bodohnya juga tetap banyak. Terutama waktu pilkada tetap saja banyak ditemukan ijazah palsu. Ketika diberi tahu kalau ijazahnya palsu yang punya ngomong “ ko sampeyan bilang palsu padahal kata yang jual ini asli ”. Artinya orang seperti itu sebenarnya ingin cari ilmu apa cari ijazah. Dengan ilmu kita dapat ijazah, dengan ijazah belum tentu dapat ilmu. Kita itu mau cari dipan atau cari kolong. Kalau cari kolong asalkan ada dipannya pasti ada kolongnya. Tetaapi kalau cari kolong saja tanpa dipan itu keliru. Kalau sampai ada dipan tidak ada kolongnya mungkin dipan itu miring atau terbalik. Kalau sampai ilmu tidak ada gunanya maka yang salah adalah penyangga ilmu.
Ketika ilmu sudah sampai kepada anak lalu yang jadi masalahnya adalah dia mengamalkan atau tidak. Kalau dengan ilmu agama diajari ngaji maka dia mengajar ngaji atau tidak. Kalau sekolanya umum ya sama saja, misalnya sekolah pertanian. Dia pernah kesawah apa tidak. kadang-kadang ada sekolah pertanian tidak pernah kesawah. Dan yang disawah tidak pernah sekolah pertanian. Jadi yang panen yang disawah apa yang disekolah.