Sekjen International Conference of Islamic Scholar (ICIS) KH Hasyim Muzadi meminta semua pihak untuk menghentikan kampanye Islamophobia atau kampanye rasa takut dan kebencian terhadap Islam. Sebab menurutnya, antara Islamophobia dan terorisme itu seperti telur dan ayam.
Sebaliknya, KH Hasyim mengajak semua pihak untuk mengurai akar permasalahan dari munculnya terorisme itu sendiri. “Kita tidak bisa meminta orang lain untuk tidak mengganggu Islam. Gangguan terhadap Islam bagian sunnatullah. Kita harus mempersiapkan diri untuk mempunyai imunitas terhadap gangguan ini. Cara terbaik adalah dengan mempraktikan Islam yang sebenarnya,” demikian penegasan KH Hasyim usai pembukaan ICIS ke-4 di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MALIKI) Malang, Senin (23/11).
Terkait hal ini, KH Hasyim melihat Indonesia bisa berada pada barisan terdepan dalam kampanye Islam damai. Menurutnya, Indonesia mempunyai khazanah yang mahal dan penting, yaitu : wawasan keagaman yang tidak pernah menjadi problem terhadap wawasan kenegaran. “Kita tidak hanya mengenal tekstual agama tapi juga substansi agama,” terangnya.
“Kelenturan ini membuat para ulama dan santri menerima dengan sungguh-sungguh Pancasila sebagai dasar negara, bukan mengagamakan Pancasila,” tambahnya.
Hal kedua yang menjadi khazanah penting Indonesia adalah pendidikan yang menjamin lahirnya al wasathiyah atau moderasi. Pendidikan seperti ini, menurut KH.Hasyim, tidak semua negara memilikinya. Bahkan, lanjut KH.Hasyim, di Mesir sendiri yang mempunyai universitas sangat terkenal, juga terjadi kekacauan atas nama agama.
“Apabila ini kita kembangkan, insya Allah ditambah dengam spiritualisme akan menjadi khazanah yang sangat mahal untik ditawarkan ke seluruh dunia,” tandasnya.
KH Hasyim menambahkan bahwa konferensi international akan membuat malang message yang salah satu pesan utamanya adalah bahwa terorisme dan anti terorisme harus diurai bersama sehingga terorisme berhenti dan anti teroriame tidak merangsang timbulnya terorisme baru.
Rektor UIN Maliki Malang, Mudji Rahardjo mengatakan bahwa kampus yang dipimpinnya ke depan ingin menjadi salah satu corong penyeru dunia bahwa Islam adalah pembawa damai. Dengan menjadi tuan rumah pada gelaran ICIS ke-4 ini, Mudji berharap UIN Maliki yang sedang mengarah pada the world class university ini menjadi internationally recognized university.
“Lewat ICIS ke-4 ini, kami ingin berperan dalam menciptakan kondisi Islam yang moderat dan membangun perdamaian di dunia internasional. Kami mengajak seluruh civitas akademika UIN Maliki untuk mengambangkan sikap toleansi antara satu dengan lainnya,” kata Mudji.
ICIS pertama kali dilaksanakan pada tahun 2003. Gelaran kedua dilakukan pada tahun 2006, sedang yang ketiga pada tahun 2008. Sejak 2008, ICIS melakukan serangkaian regional conference, per benua atau zona, seperti Asia Pasifik, Asia, lainnya.
Gelaran ICIS ke-4 ini akan berlangsung dari 23 – 25 November mendatang. Hadir dalam kesempatan ini Sekjen ICIS KH Hasyim Muzadi, Rektor UIN Malang Mudji Rahardjo, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fakhir, Ketua Jamiyyah Ahl at Thariqah al Mutabarah an Nahdliyyah Habib Luthfi bin Yahya, Mantan Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda, Menteri Agama Brunei Darusssalam, serta utusan dari negara-negara Islam lainnya.
ICIS ke-4 ini juga mengundang lebih dari 60 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara, 500 ulama seluruh Indonesia, para akademisi dan duta besar negara sahabat.