Nikmat IJAD dan IMDAD: Karunia Allah Yang Terlupakan
  • Admin
  • 20 Juni 2016
  • 49 x

Malang – dalam kegiatan Pengajian Awal Bulan kali ini Abah Hasyim Muzadi belum bisa hadir karena kondisi beliau yang belum sehat. Ustad M. Nafi, sebagai badal Abah Hasyim, mengatakan bahwa pengajian harus tetap berjalan seperti biasa karena untuk menjaga keistiqomahan pengajian awal bulan yang sudah dilaksanakan beberapa tahun ini. “Karena keistiqomahan lebih baik daripada 1000 karomah,” ucap Wakil Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam ini.

Acara dimulai pukul setengah 7 dengan diawali bacaan shalawat oleh tim banjari Al-Hikam dan dilanjutkan istighosah yang dipimpin oleh Ustad Nur Kholis. Terlihat para jamaah khusyuk dan khidmah dalam mengikuti acara pengajian ini yang dilaksanakan di Masjid Al-Ghazali pada Ahad (03/04).

Dalam pengajian ahad pagi ini, Ustadz M Nafi’ menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan nikmat. Di dalam kitab Al-Hikam, kutip Ustadz Nafi’, bahwa ada dua nikmat yang Allah anugerahkan kepada seluruh makhluknya. Nikmat pertama adalah nikmat IJAD, yaitu nikmat diciptakan oleh sang Khaliq, yang kedua adalah nikmat imdad, yaitu nikmat dijamin kehidupannya oleh Allah.

Ustadz Nafi menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia sekaligus mencukupi dan memeliharanya. Bahkan, tutur Dosen STAIMA Al-HIkam ini,  sejak di alam kandungan, Allah telah mencukupi kebutuhan manusia yang menurut ahli kedokteran disebut dengan plasenta. “Lalu ketika dilahirkan didunia manusia langsung dicukupkan kebutuhannya dengan adanya ASI,” tutur Ustadz Nafi’. Inilah yang dimaksud nikmat imdad (dicukupkan kebutuhannya), selain nikmat ijad (diciptakan) yang telah Allah berikan kepada makhluknya, tambahnya.

Setelah memasuki alam duniawi, kata Ustadz Nafi, manusia akan melanjutkan perjalanan hidupnya menuju alam akhirat. Disana, Allah telah menjajikan surga bagi hamba-hambanya yang taat dan beriman. “Seharusnya nikmat ijjab dan imdad dapat menyadarkan kita kalau kita ini benar-benar membutuhkan Allah. Bukannya malah melupakan kita kepada Allah. Kita harus sadar bahwa kekayaan yang kita peroleh saat ini bukan hanya dari usaha kita, melainkan juga dari nikmat imdad yang Allah berikan,” pesan Ustadz alumnus Pesantren Gontor ini.

“Sebaik-baik waktu hidup, yaitu ketika kita sadar bahwa kita tidak ada apa-apanya tanpa kekuatan yang diberikan oleh Allah,” tambahnya.

Pada akhir pengajian, Ustadz Nafi mengingatkan bahwa datangnya nikmat imdad tergantung kesiapan kita untuk menerimanya. “Maka dari itu kita juga harus mempersiapkan diri dan menyadarkan diri kita, apakah sudah layak kita untuk menerima nikmat imdad itu,” ujar Ustadz M. Nafi. Ia menambahkan bahwa jika doa kita belum diijabahi, maka sesungguhnya itulah pemberian Allah. “Man’ul Atha Ainul Atha, tidak diberi itulah pemberian yang sebenarnya,” kutip Ustadz M Nafi dari mutiara Al-Hikam lain sekaligus menjadi penutup pengajian Awal Ahad pagi ini. (UTI Al-Hikam)