Malang- Organisasi Santri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang (OSPAM) melakukan kunjungan lintas agama ke Vihara Dhammadipa Arama, Batu, pada hari Minggu (27/10). Kunjungan atau yang disebut dengan Safari OSPAM ini dikoordinatori oleh CO Departemen Hubungan Sosial (HUSOS) OSPAM, Irham Rahman. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaran antar agama sebagai warga negara Indonesia. Selain itu, menurut Irham-sapaan Irham Rahman- safari OSPAM ini memiliki tujuan saling memahami persamaan kedua ajaran agar tidak saling mencela, merendahkan, namun saling menghormati, dan menghargai. “Terlepas dari itu kami juga mempelajari keorganisasian pengurus Dhammadipa yang positif dan bisa diambil untuk organisasi kami (OSPAM),” tambah Irham.
Pengurus OSPAM disambut hangat oleh Samanera (istilah santri di Vihara Buddha) dan Antasilani (istilah santriwati di Vihara Buddha) Vihara Dhammadipa kemudian dipersilahkan masuk ke Auditorium Dhammadipa Arama. Acara berlangsung santai, diawali pembukaan kemudian sambutan Bhikhu Khantidharo Mahathera, Kepala Vihara Dhammadipa Arama Batu Malang. Tidak hanya memberikan sambutan, namun Bhikhu Khantidaro memberikan selintas materi tentang ajaran Buddha.
Bhikhu Khantidaro menjelaskan Bahwa di Indonesia, ada tiga aliran utama Buddha yaitu, 1) Buddha Theravada; 2) Buddha Mahayana: Zen; 3) Buddha Vajrayana. Sedangkan dalam vihara Dhammadipa menganut Buddha Theravada. “Aliran Theravada adalah ajaran Buddha yang masih orisinil tanpa ada penyelewengan oleh siapapun,” ungkap Kepala Dhammadipa Arama ini. Masih menurut Bikkhu Khantidharo, meskipun dalam agama Budha tedapat tiga aliran di Indonesia, namun masing- masing aliran tersebut dapat berinteraksi dengan rukun dan damai. Perbedaan antar aliran tersebut tidak menjadi suatu hal yang layak untuk diperdebatkan ataupun diperselisihkan, namun perbedaan tersebut merupakan suatu kesempatan untuk bertoleransi dan menghargai pendapat masing-masing.
Selain itu, Bikkhu Khantidharo menuturkan dalam Buddha diajarkan konsep nibbana atau dalam bahasa jawa yaitu Nirwana. Nibbana dapat dicapai didalam hidup sekarang atau dapat pula dicapai setelah mati. Agama Buddha di manapun juga tidak menyatakan bahwa tujuan tertingginya dapat dicapai hanya dalam satu kehidupan di alam baka. Disinilah terletak perbedaan antara gambaran/konsep Nibbana agama Buddha dengan gambaran suatu surga yang abadi dari non-Buddha yang hanya dapat dicapai setelah kematian.
Acara dilanjutkan dengan keliling padepokan Dhammadipa. Pengurus OSPAM diajak melihat dan dipersilahkan bertanya tentang simbol atau fungsi dari apa yang dilihat baik itu bangunan, sejarah maupun makna filosofisnya. Seperti Rizal Akbari Nanda bertanya kepada Antasilana mengenai makna patung di dalam kuil yang berpose sedang tidur miring. Sila-sapaan akrab antasilani- menanggapi bahwa itu adalah posisi Buddha saat meninggal. Maka hal itu diabadikan oleh penganut Buddha sebagai penghormatan kepadanya.
Banyak sekali pelajaran dan inspirasi yang diperoleh dari Safari OSPAM ini, seperti penuturan Ahmad Tamami “Kita bisa secara langsung berinteraksi dan saling menghargai antar penganut ajaran agama. Selain itu kami juga belajar bahwa di dalam padepokan mereka tidak hanya belajar agama, tetapi juga berkebun,”. Dari kegiatan rutin berkebun mereka, Ketua Umum OSPAM ini ingin menerapkan progam Santri Bertanam di keorganisasiannya.